Tuesday 26 July 2016

Geliat Industri Tradisional Tempe Di Desa Plumpungrejo

WONOASRI - Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan yang menggunakan beberapa jenis kapang seperti kapang roti. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai “ Ragi Tempe “. Kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa komplek menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia. Tempe kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B, dan zat besi, berbagai macam kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotic untuk menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif.

Contoh “ Home Industry “ yang ada di Desa Plumpungrejo Kecamatan Wonoasri Kabupaten Madiun tersebut memproduksi tempe dan dimiliki oleh pengusaha yang bernama Ibu Supraptiningsih. Usaha yang dijalaninya turun temurun dari nenek moyang mereka menarik perhatian kami untuk menggali informasi dari pengusaha tersebut Supraptiningsih memilih usaha tempe ini karena berkat ketrampilannya dalam membuat tempe. Beliau diajarkan oleh ayah dan ibunya.

Bahan-bahan dibutuhkan untuk membuat tempe pada usaha yang dijalankan oleh pengusaha tersebut tidak terlalu banyak, seperti kacang kedelai, air dan ragi. Sementara alat-alat yang dibutuhkan cukup banyak yaitu kayu bakar, drum minyak untuk tempat merebus, daun pisang, ada juga kajang kerey untuk tempat tempe saat didiamkan, alat penyaring, alat penggiling dan tong plastic yang berukuran besar untuk mewadahi kacang kedelai. Bagi termasuk bahan-bahan yang diperlukan dan sangat penting sekali karena berguna untuk mengembangkan jamur. Sedangkan cara pembuatan tempe sangat sederhana tetapi membutuhkan waktu cukup panjang yaitu sekitar 3 hari. Waktu proses ini berlangsung dari sebelum sampai sesudah menjadi tempe yang siap untuk dipasarkan. Proses pembuatan tempe diawali dengan merebus kacang kedelai kurang lebih selama 2 jam setelah itu direndam selama 12 jam pada malam hari. Esok harinya kacang kedelai tersebut digiling lalu dicuci sampai bersih, kemudian diberi ragi, ditiriskan dan dilanjutkan dengan dibuat atau dicetak menjadi tempe. Setelah itu didiamkan selama 2 hari 2 malam dan keesokan paginya siap dijual.

Cara penjualan pengusaha tempe ini tergantung dari ukurannya. Misalnya tempe yang berukuran 3x5 cm seharga Rp.500,- dalam sehari kacang kedelai yang dibutuhkan usaha beliau yaitu 5 kg. untuk pembuatan tempe dan modal yang dikeluarkan dalam sehari membutuhkan uang sebesar Rp. 100.000,- untuk membeli bahan-bahan seperti kacang kedelai, ragi, dan daun pisang sedangkan keuntungan yang di dapat berkisar 50-100 ribu rupiah tergantung dari sepi dan tidaknya pemasaran.

Ibu pengusaha tempe ini memasarkan hasil produksinya kepasar tradisional yang ada didesa tersebut, diwarung-warung, serta dirumahnya sendiri.

Kepala Desa Plumpungrejo Kecamatan Wonoasri Kabupaten Madiun Bapak Agus Sriyono saat dikonfirmasi mengatakan “ Karena modal kecil dan pemasaran tempe juga sulit maka pengusaha-pengusaha tempe tradisional disini hanya bisa bertahan dilingkungannya sendiri makanya saya minta peran serta dinas terkait agar bisa membantu pengusaha-pengusaha tempe tersebut agar bisa berkembang keluar desa kami dan usaha turun-temurun dari nenek moyang tidak akan musnah”. Pungkasnya (*) 

Sumber Berita : Koran Metro Jatim

0 komentar:

Post a Comment