Desa Candimulya Alokasikan DD Untuk Pembangunan Infrastruktur

FORUM JURNALIS MADIUN, DOLOPO - Agar mobilitas warga lancar sehingga bisa mendongkrak perekonomian lokal, Desa Candimulya, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun menggunakan Dana Desa (DD) untuk pembangunan infrastruktur jalan yang sudah rusak.....

BUMDes Desa Tambakmas Berdayakan Masyarakat Melalui Unit Usaha Cor Beton

FORUM JURNALIS MADIUN, KEBONSARI - Desa Tambakmas, Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun merupakan desa yang menonjol dibidang pertanian dan holtikultura.......

Desa Mejayan Pembangunan Untuk Kesejahteraan Warga

FORUM JURNALIS MADIUN, MEJAYAN - Sebagai jantung Ibu Kota Kabupaten Madiun, desa Mejayan, Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun dalam melaksanakan pembangunan desa .....

BUDIDAYA BIBIT IKAN GURAMI DI DESA SIDOREJO KECAMATAN KEBONSARI KABUPATEN MADIUN

FORUM JURNALIS MADIUN, KEBONSARI - Ikan Gurami merupakan ikan asli Indonesia dan berasal dari perairan daerah Jawa Barat. Ikan ini merupakan salah satu komuditi perikanan air tawar yang cukup tinggi .....

PETANI CENGKEH DI DESA TILENG BUTUH CAMPUR TANGAN PEMKAB MADIUN

FORUM JURNALIS MADIUN, DAGANGAN - Tanaman cengkeh merupakan tanaman asli Indonesia, tanaman ini tumbuh subur di daerah pegunungan dan dataran rendah yang banyak curah hujannya .....

Friday 20 May 2016

Desa Joho Bisa Menjadi Sentra Pembuatan Tempe

DAGANGAN - Banyak masyarakat Kota/Kabupaten Madiun, Jawa Timur, yang tidak mengetahui jika tempe yang dikonsumsinya hampir setiap hari, adalah 'Made In' Desa Joho Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun. Sebuah desa yang berada sekitar 10 kilometer arah selatan Kota Madiun.

Di desa yang sejuk nan damai ini, ternyata terdapat beberapa home industri pembuatan tempe. Salah satunya yakni di Dusun Mranggen. Selain dikenal bersih, tempe hasil olahan tangan warga setempat, dikenal gurih karena terbuat dari kedelai pilihan.

Menurut salah satu pengrajin tempe Dusun Mranggen, Abdul Rosid, setiap pengrajin paling tidak menghabiskan bahan baku kedelai sebanyak satu kwintal setiap harinya. Bahkan bisa mencapai dua kwintal pada hari-hari tertentu.

"Ya lumayan. Satu hari saya bisa menghabiskan bahan baku 1-1,5 kwintal kedelai. Bahkan pada hari-hari tertentu, misalnya pada musim hajatan atau ada pesanan, bisa menghabiskan kedelai hingga dua kwintal," terang Abdul Rosid, kepada Radar Bangsa, Rabu 11 Mei 2016.

Menurutnya lagi, untuk pemasarannya, tidak hanya di wilayah Kabupaten Madiun. Tapi sudah menembus wilayah Kota, Magetan dan Ponorogo. "Kalau pemasarannya bisa sampai luar Kabupaten Madiun. Ya ke kota (Kota Madiun), Magetan dan Ponorogo," jelasnya.

Namun untuk saat ini, ada keterbatasan alat produksi. Karena mayoritas masih diproduksi secara manual. Karena itu, para pengrajin tempe di Desa Joho berharap, agar pemerintah bisa memberikan bantuan mesin produksi tepat guna untuk pembuatan tempe agar kwantitasnya bertambah.

"Saya berharap pemerintah memberikan bantuan berupa mesin tepat guna untuk memproduksi tempe. Biar omzet bertambah," pungkasnya.

Kepala Desa Joho, Choirul Mustofa, S.Sos, mengatakan, pihaknya akan mengusahakan bantuan modal untuk para pengrajin tempe yang ada di desanya. Apalagi, separo lebih, pembuatan tempe di desanya masih diproduksi secara tradisional.

"Jika semua sudah tertata dan kwantitas maupun kwalitas meningkat, saya berharap Desa Joho menjadi sentra pembuatan tempe di wilayah Kabupaten Madiun. Karena itu, bantuan modal sangat diperlukan," kata Kepala Desa Joho, Choirul Mustofa, S.Sos. (*)

Sumber Berita : Radar Bangsa

Tingkatkan Perekonomian Dengan Budidaya Jamur Tiram

DAGANGAN - Ditengah sulitnya lapangan pekerjaan dan meningkatnya harga bahan pokok setiap tahunnya, masyarakat dituntut untuk lebih pro aktif dan pandai memanfaatkan setiap peluang pekerjaan dilingkungan masing masing. Untuk itu setiap peluang harus bisa dikelola dan menjadi salah satu sumber ekonomi dan sebagai mata pencaharian disamping pekerjaan utama. 


Sementara masyarakat Madiun mulai melirik budidaya jamur tiram yang saat ini banyak diminati sebagai usaha sampingan yang sangat menjanjikan. Selain memiliki prospek yang cukup bagus budi daya jamur tiram dapat dilakukan sebagai pekerjaan sampingan yang menguntungkan dengan memanfaatkan lahan kosong atau pekarangan disekitar rumah.

Seperti yang dilakukan Ira, seorang warga desa Banjarejo, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun, yang sudah sejak tahun 2009 menekuni budidaya jamur tiram, mengatakan, ketertarikan dirinya untuk mengembangkan jamur tiram karena beberapa faktor diantaranya kondisi pasang surut perekonomian akibat krisis moneter dan sulitnya lapangan pekerjaan pada saat itu.

"Dan saya tidak melihat ada peluang bisnis sesuai bidang saya dan akhirnya saya mulai tertarik dan belajar tentang budi daya jamur tiram,"Kata Ira.

Dengan memanfaatkan pekarangan disekitar rumah, Ira mulai merintis budi daya jamur. Pada awal usahanya beberapa kendala dialami Ira, seperti gagal panen. Namun karena keuletan dan ketekunan wanita separuh baya ini akhirnya usaha jamurnya dapat berjalan dan bahkan menjadi sumber ekonomi keluarga.

"Untuk pendistribusian, saat ini saya memasok ke para pedagang di pasar tradisional Pagotan dan toko toko disekitar wilayah Dagangan,"Ungkap Ira.

Sementara untuk usaha jamur tiram yang sedang gelutinya, lanjut Ira, saat ini mendapat perhatian dari pemerintahan desa Banjarejo. Melalui ketua tim penggerak PKK usaha jamur tiram mendapat dukungan arahan peningkatan kwalitas. Pemerintah desa sangat mendorong terciptanya lapangan pekerjaan dengan cara menggali potensi lokal seperti budidaya jamur tiram.



Ketua tim penggerak PKK desa Banjarejo, kecamatan Dagangan, kabupaten Madiu, Harini, juga akan melaksanakan beberapa program pelatihan UMKM untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dan peningkatan perekonomian masyarakat desa Mojorejo seperti pelatihan UMKM dan kerajinan tas dari plastik.

"Kita akan melaksanakan beberapa program pelatihan dan pembinaan UMKM kepada warga untuk Pembinaan ini juga untuk menciptakan wirausaha baru dan meningkatkan produktifitas mayarakat. Pemerintah desa Banjarejo juga berupaya menggali budaya dan potensi lokal dengan pemanfaatan lingkungan untuk dijadikan Icon desa Banjarejo,"Tandas Harini.

Diharapkan dengan dilaksanakan pelatihan dan pembinaan dapat meningkatkan kreatifitas dan pengkayaan ide bagi masyarakat serta memiliki prospek untuk nantinya bisa membudidaya potensi lokal dan usaha jamur tiram dan menjadikan sebagai peluang usaha yang menjanjikan bagi masyarakat desa Banjarejo.(*)

Sumber Berita : Koran Jurnal

Monday 16 May 2016

GALI BERBAGAI POTENSI GUNA MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

KEBONSARI - Dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat desa, berbagai upaya dilakukan diantaranya memberdayakan seluruh komponen desa baik masyarakat maupun yang lain. Hal ini dilakukan untuk menggali dan mengembangkan seluruh kemampuan ekonomi yang berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan. Seperti Desa Mojorejo Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun yang mempunyai luas wilayah mencapai 228,675 ha, dengan jumlah penduduk 2.605 jiwa yang tersebar di 3 (tiga) dusun yakni dusun Mojorejo, dusun Kerjo dan Dusun Gantrung. 

Kepala Desa Mojorejo, H. Mustakim, S.Pd-I mengatakan selain dari sektor pertanian, desanya tengah merintis pengembangan ekonomi dari perternakan dan industri perdagangan ( home industri). Adapun ternak yang akan di budidayakan antara lain, kambing, kelinci dan burung puyuh. Saat ini pihaknya telah menfasilitasi kelompok ternak agar lebih konsentrasi pada usaha ternak tersebut. Mengingat ternak kambing, kelinci dan puyuh merupakan solusi untuk meningkatkan potensi ekonomi desa. “ Kalau dikelola dengan baik maka akan mendatangkan uang banyak “. tandas Kades Mustakim.
 
Menurutnya, sampai saat ini yang menjadi kendala adalah manajemen kelompok ternak yang belum maksimal sehingga berpengaruh terhadap hasil produksi. Seperti penjualannya yang biasa melalui tengkulak akan diarahkan melalui kelompok sehingga harga  dapat stabil. Terutama sirkulasi ekonomi diharapkan dapat berputar didalam desa Mojorejo. Untuk meningkatkan sumber daya manusia ( SDM) kelompok, pihaknya secara berkala mengundang narasumber untuk membina dan melatih cara-cara berternak yang baik. Saat ini ada sekitar 500 ekor kambing yang sudah dibududaya masyarakat. Kedepan kami rencanakan home industri pakan ternak untuk mengantisipasi kelangkaan dan mahalnya harga pakan ternak. 

Usaha lain yang mampu mendongkrak perekonomian masyarakat yakni sektor industri perdagangan yakni merintis dan menumbuhkan usaha-usaha mikro seperti tempe, kripik pisang dan kacang oven dan  diharapkan usaha yang tadinya mikro dapat berkembang menjadi makro, selain hasil produksi besar tentunya akan menyerap tenaga kerja banyak. Pihak desa akan fasilitasi masyarakat yang memiliki usaha agar dapat berkembang.

“ Dengan menumbuhkembangkan industri perdagangan akan mempengaruhi tingkat pengangguran yang ada“. harapannya.

Lebih lanjut Kades yang mantan Ketua BPD ini menyampaikan bahwa Desa Mojorejo 60 persen tanahnya digunakan dan diperuntukan sebagai lahan pertanian. Tentunya hal tersebut menjadi penyangga utama perekonomian desa. Sama dengan konsep yang lain, desa tengah merencanakan BUMDes dengan memanfaatkan keberadaan lumbung desa. Selama ini proses ekonomi dari sektor pertanian belum bahkan tidak ada perkembangan. Dengan adanya BUMDes, pengelolaan hasil produksi padi terutama paska panen akan maksimal dan memnuaskan para petani. Pertanian di Desa Mojorejo sendiri dikelola oleh 3 poktan dan 1 kelompok wanita tani (KWT) 

“ Selain peningkatan PADes, BUMDesa juga untuk mengamankan program pangan nasional khususnya untuk kebutuhan didesa Mojorejo “. lanjutnya. 

Dikatakannya, Konsentrasi di bidang pendidikan khususnya pendidikan usia dini menjadi sorotan utama bagi pemerintahan desa. Mengantisipasi perkembangan zaman yang semakin tidak menentu, pembekalan dan pembinaan terhadap generasi penerus harus benar-benar sesuai dan  tepat sasaran. Khususnya PAUD dan TK serta MADIN, pihaknya akan memfasilitasi proses legalisasi BHI untuk meningkatkan upaya kegiatan belajar mengajar.  PAUD, TK dan MADIN  adalah golden age dimana pendidikan pada usia-usia tersebut harus benar-benar diperhatikan, di didik dengan sebaik mungkin.

 Agar kedepan Desa Mojorejo memiliki generasi penerus yang bermanfaat “ pungkas Kades yang mempunyai background pendidikan ini.

Disampaikan pula bahwa semua rencana program dan konsep-konsep pembangunan di Desa Mojorejo telah sesuai dengan RPJMDes yang direncanakan bersama lembaga terkait sesuai porsi dana desa yang ada.  (*)

Ket. Foto : Kepala Desa Mojorejo, H. Mustakim, S.Pd.I saat memberikan arahan pada pertemuan Kelopok Tani Wanita Desa Mojorejo.

Sumber Berita : Realita Masyarakat
 

DONGKRAK EKONOMI DENGAN BUDIDAYA TANAMAN KAKAO

DAGANGAN - Letak Desa Ngranget Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun yang berada di kawasan lereng gunung wilis memiliki potensi ekonomi yang sangat tinggi khususnya dari sektor perkebunan dan peternakan. Namun, beberapa kendala diantaranya keterbatasan sumber daya manusia dan permodalan sehingga menyebabkan penggalian potensi belum dapat ditingkatkan secara maksimal.

Desa Ngranget  memiliki luas wilayah 446 ha, 46 ha merupakan kawasan pertanian, selebihnya adalah kawasan pemukiman dan perkebunan. Potensi perkebunannya yang mempunyai nilai tinggi di harapkan mampu mencukupi bahkan meningkatkan taraf ekonomi desa yang berpenduduk hampir 2528 jiwa yang tersebar di 3  (tiga) dusun yakni Kepuh, Nganggrik dan Ngonto. Adapun potensi ekonomi desa Ngranget antara lain pertanian ( komoditas padi ), perkebunan ( Cengkeh, Kakao/Coklat, Porang ) dan Peternakan ( Kambing ).

Kepala Desa Ngranget, Sigit Suyono mengatakan bahwa sebenarnya Ngranget memiliki kemampunan ekonomi yang baik khususnya dari perkebunan dan peternakan. Masyarakat desa Ngranget tergolong ekonominya mapan namun  dari sisi pengelolaan masih sangat tradisional sehingga belum bisa dikatakan kaya.

Potensi perkebunannya seperti, tanaman cengkeh saat ini berkisar antara 40.000 hingga 50.000 pohon. Untuk usia 5-10 tahun perpohon per tahun bisa menghasilkan 5 – 10 kg cengkeh. Sedangkan usia 10 tahun keatas bisa mencapai 30 kg per tahun. Adapun harga cengkeh basah Rp.35.000/kg, kering Rp.120.000/kg. Sedangkan dari perkebunan Kakao (coklat), ada sekitar 100.000 pohon, 75 % sudah bisa dipanen. Setiap minggu bisa menghasilkan 5 – 7 kg kering per pohon. Sedangkan harga jual kakao dengan proses fermentasi bisa mencapai Rp.35.000/kg. Kalau prosesnya asal-asalan atau biasa hanya Rp.25.000/kg kering.   analisa usaha, “ Kalau di analisa,  usaha tersebut sudah mampu mendongrak perekonomian desa  “.  terang Kades Sigit
 
Khususnya tanaman Kakao, lanjut Kades yang baru menjabat 6 bulan ini menambahkan lebih menjanjikan. Karena  Kakao/coklat prospek kedepannya sangat baik dibanding cengkeh yang sementara waktu hanya sebagai bahan baku rokok dan kesehatan. Belum lagi kalau pemerintah mengurangi kuota rokok maka kebutuhan cengkeh akan  berkurang Demikian pula untuk tanaman Porang (iles-iles) juga baik prospek dan manfaatnya, tanaman yang tidak membutuhkan lahan khusus yakni bisa di tanam di bawah tegakan tanaman keras. Selain   buahnya dapat dijadikan bahan baku pangan olahan kue tradisional ( agar-agar,mi,tahu), bahan baku kosmetik dan lem juga sudah mulai menjadi komoditas ekspor.

“Porang bisa dikatakan sebagai tanaman sampingan, kalau dikelola dengan baik hasilnya sangat menjanjikan “  lanjutnya

Potensi lain yang tak kalah pentingnya yaitu peternakan kambing. Dikatakan, ada 500 KK yang mempunyai ternak kambing antara 3-5 ekor per KK. Diakui, kendala yang paling signifikan adalah ketika musim kemarau. Keberadaan makanan ternak sangat sulit. Adapun bisa akan berpengaruh pada lingkungan. Kalau tidak ada alternative makanan maka peternakan kambing akan menurun. Untuk mengantisipasi hal tersebut, pihaknya membuat terobosan dengan memanfaatkan bahan-bahan limbah perkebunan dan pertanian untuk makanan ternak.

“ Kedepan akan kita rintis dengan menggunakan bahan makanan yang diproses secara fermentasi “
Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Dusun Nganggrik, Pudjud bahwa potensi desanya apabila dikelola secara baik dan terpadu akan menambah pendapatan masyarakatnya. Selama ini masih memakai sistem tradisional bahkan sistem ijon (panjar). Artinya uang diberikan dahulu sedangkan barang kalau sudah dipanen. Padahal yang banyak menghasilkan uang adalah paska panen. Sementara kelompok tani yang berada di desa Ngranget belum mampu mengelola secara professional karena terkendala permodalan.

“ Sebenarnya sangat potensi bagi kelompok apabila permodalannya cukup “ tukas Pudjud yang sekaligus sebagai Ketua Gapoktan Desa Ngranget.

Kedepan, jajaran Pemerintahan Desa Ngranget akan mencari terobosan untuk meningkatkan potensi desanya. Bahkan  akan membuka seluas-luasnya kepada pihak-pihak yang ingin bekerja sama (investor) dalam pengembangan usahanya. (*)

Ket. Foto : Kepala Desa Ngranget, Sigit Suyono diapit dua perangkatnya

Sumber Berita : Realita Masyarakat

Sunday 15 May 2016

BERBAGAI POTENSI YANG ADA DI DESA MRUWAK KECAMATAN DAGANGAN

DAGANGAN - Desa Mruwak salah satu dari 17 desa lain di wilayah Kecamatan Dagangan yang terletak ± 5 km ke arah Timur Laut di Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun.

Memiliki luas wilayah 266.547 ha, dengan jumlah penduduk 3.696, kepala keluarga 1.248 orang. Dimana kebanyakan warga desa Mruwak adalah petani. Desa Mruwak sendiri punya sejarah, hal ini dibuktikan  dengan adanya Batu Prasasti yang ditemukan mahasiswa IKIP PGRI Madiun Jurusan sejarah tahun 1975 di bawah bimbingan Drs. Koesdim Heroekoentjoro dan Drs. Arief Soekowinoto.
Dalam Batu Prasasti terdapat tulisan sansekerta yang berbunyi “Sang Rabasra Shalima Rama Awalika” yang ditafsirkan berbunyi sebagai berikut, Sang : gelar orang terhormat, Rabasra: kekerasan, Shali : daerah kekuasaan raja, Shalima Rama : daerah yang bersifat suci, Awalika : demikian adanya.
Desa Mruwak sendiri mempunyai 4 wilayah dusun diantarannya : dusun Mruwak, dusun Ngrangkah, dusun Kemulan dan dusun Nglumer. Desa mruwak memiliki banyak potensi baik yang berasal dari alam, kelembagaan/organisasi selain lahan pertanian dan juga sungai untuk mengairi sawah. Di dusun Mruwak ada 2 peternak yang sukses salah satunya Maliki peternak kambing, dari awal  memelihara beberapa ekor kambing hingga sekarang berkembang banyak. Begitu juga bu Marem seorang janda yang meneruskan usaha mendiang suaminya pak Senen ternak ayam potong berhasil sukses.

Kepala Desa Mruwak juga berharap agar kedua warganya yang sukses dalam beternak kambing dan ayam potong ini bisa memotivasi warga yang lain, karena dilihat dari kondisi desa yang masih banyak lahan yang kosong cocok untuk ternak kambing atau ayam karena udaranya juga sejuk dan jauh dari hunian penduduk. (*)
Ket. Foto : Kepala Desa (Kades) Mruwak  Ndaru dan Babinsa saat menjelaskan potensi desa yang ada di kantor desa, Maliki salah satu peternak kambing yang sukses.

Sumber Berita : Tabloid Awas

Kreatifitas Desa Mendak Ciptakan Dodol Loren Yang Nikmat dan Lezat

DAGANGAN - Manis, legit, dan berbeda, tiga kata itulah yang pertama akan terbersit ketika mencoba Dodol Loren ( Telo dan Durian ) asli buatan tangan home industri ibu - ibu rumah tangga yang berkediaman di Desa Mendak, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun.

Menurut Kepala Desa Mendak, Nur Cholifah, kreatifitas untuk mengolah ketela dan durian menjadi dodol tersebut muncul dari teman – teman KKNnya di tahun 2006 lalu. Karena melihat potensi buah-buahan selain rambutan dan manggis, Desa Mendak, Kecamatan Dagangan juga memiliki potensi buah durian dan ketela yang cukup menjanjikan.

" Sayang rasanya jika potensi buah durian dan ketela yang ada tidak dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh penduduk yang tinggal di Desa Mendak ini, " Ungkap Kepala Desa Mendak, Nur Cholifah, Kamis (12/5/2016).
Lebih lanjut dikatakan, karena dodol tersebut terbuat dari bahan dasar utama ketela dan durian akhirnya dodol asli buatan masyarakat Desa Mendak ini dinamakanlah Dodol Loren. Dan untuk membuat Dodol yang berkualitas itu tidak lepas dari pemilihan bahan baku ketela dan buah durian yang baik juga. Misalnya pemilihan buah durian masak pohon dan segar yang memiliki aroma khas sebagai bahan dodol untuk mendapatkan citra rasa yang alami dan dapat tahan lama tanpa bahan pengawet.

“ Untuk setiap kreasi Dodol Loren yang di ciptakan masyarakat Desa Mendak ini selain kemasan yang menarik, dijamin keamanan dan kelezatannya bagi semua konsumen, karena Dodol Loren yang berbahan dasar Durian, Ketela, Gula Merah, Santan dan vanili ini tanpa bahan pengawet dan maksimal bisa bertahan hingga 7 hari,” Jelasnya.
Dodol Loren yang pernah mendapat juara dalam lomba olahan pangan lokal tingkat Kabupaten Madiun  tahun 2009  itu, saat ini sudah melayani berbagai pesanan hajatan baik dari Desa Mendak maupun dari Desa sekitarnya. Hanya saja, Dodol tersebut baru bisa diproduksi ketika musim durian saja.
 “ Kita berharap selain bisa terproduksi sepanjang masa, juga ada  perhatian khusus dari Pemkab Madiun untuk perkembangan Dodol Loren ini sehingga bisa meningkatkan penghasilan masyarakat,” Pungkasnya. (*).

Sumber Berita : Jatim Pos

Sholawat Khataman, Ikon Budaya Desa Sewulan

DAGANGAN - Sewulan, inilah nama sebuah desa yang berada di Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Selain terkenal karena adanya makam kerabat Gus Dur, desa dengan semboyan ASRI (Aman-Sejahtera-Rukun-Inovatif) ini juga dikenal dengan adanya budaya lelulur berupa "Sholawat Khataman Nabi".
 
Menurut Kepala Desa (Kades) Sewulan, Sukarno, budaya Sholawat Khataman Nabi di desanya, sudah ada sejak dulu. Karena itu, semua dusun yang berada di Desa Sewulan, mempunyai group Sholawat Khataman Nabi.

"Jadi Sholawat Khataman Nabi, sudah ada sejak jaman leluhur kami. Kami selaku anak cucu, tinggal melestarikan. Pokoknya kalau ada warga yang punya hajat, sebagian besar pasti menggelar Sholawat Khataman Nabi. Misalnya acara khitanan atau sepasaran bayi," terang Kades Sewulan, Sukarno, kepada wartawan, Rabu 11 Mei 2016.

Menurutnya lagi, Sholawat Khataman Nabi, sedikitnya dipentaskan oleh 25 orang. Sedangkan musik pengiringnya berupa gendang dan gembrong yang ditabuh oleh laki-laki maupun wanita.

"Kami sengaja melestarikan budaya bernuansa Islami ini dengan madsud agar anak anak kami tidak terpengaruh oleh budaya barat. Karena pada Sholawat Khataman Nabi, ada nilai luhur yang adiluhung. Ini juga untuk mensinergikan warga agar selalu guyub rukun," tandasnya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan, Sholawat Khataman Nabi ini mengisahkan tentang perjalanan Nabi Mohammad SAW, mulai sejak lahir hingga menjadi Rasul. Dari biografi Nabi akhir jaman yang dikemas dalam seni budaya Sholawat Khataman Nabi, diharapkan masyarakat muslim setempat selalu mengingat perjuangan Nabi Mohammad SAW dan mencontoh perilakunya.

"Jadi sangat lengkap sekali. Kisah mulai beliau lahir hingga diangkat menjadi Nabi, semua kita kisahkan dalam Sholawat Khataman Nabi. Dan agar mudah dipahami, kami menggunakan bahasa Jawa. Kalau naskah aslinya menggunakan huruf Arab. Kemudian kami salin ke dalam huruf Latin dalam bahasa Jawa," pungkasnya.

Untuk diketahui, Desa Sewulan yang berada sekitar 7 kilometer arah selatan Kota Madiun, pernah menjadi bagian kehidupan masa kecil Presiden RI ke-4, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Di desa ini, juga terdapat Masjid kuno yang dibangun oleh Raden Mas Bagus Harun atau yang lebih dikenal dengan nama, Basyariyah. Di belakang masjid yang dibangun pada tahun 1740 Masehi itu, terdapat makam kerabat Gus Dur. (*)

Sumber Berita : Beritalima.com

Potensi Desa Prambon, Memperdayakan Usaha Jamur Tiram

DAGANGAN - Desa Prambon, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun memiliki potensi luar biasa dalam menghasilkan produk pangan segar,hal tersebut juga sebagai upaya mewujudkan ketahanan pangan di Desa Prambon.

Kades Prambon Yudho Prasetyo S,sos dengan  pengusaha
jamur tiramWahyu Winarti saat di lokasi jamur tiram putih
Budidaya jamur tiram putih  bisa menjadikan peluang bisnis  yang menjanjikan.   Terbukti salah satu warga  Desa Prambon, Wahyu Winarti  berhasil membudidayakan sedikitnya 6000  buah baglog yang di simpan di dalam sebuah  bangunan penyimpanan,”kalau 1 buah  baglog 3 hari sekali bisa panen, kalau 6000  buah baglog bisa di atur supaya bisa panen tiap hari, jadi buat panen bertahap paling sepi perhari 15 kg sedangkan kalau maksimal bisa 20-30 kg per hari panennya,” tutur Wahyu Winarti. 

Dia menjelaskan baglog adalah media tanam bagi jamur tiram putih,  di sinilah jamur putih akan tumbuh. “ Di baglog biasanya terbuat dari serbuk gergaji  yang di bungkus dengan plastik berbentuk silinder,  pada salah satu ujungnya  di beri lubang, ini sebagai tempat  jamur menyebul keluar,” Jelasnya.
Lebih lanjut dikatakan, Baglog berukuran 1 kg di beli dengan harga Rp 2000, sedangkan perawatanya sebelum baglog di susun di rak buka terlebih dahulu kertas dan cincin penutup baglog di diamkan selama 5 hari, dan karena lantai terbuat dari tanah maka perlu di lakukan penyiraman 3 kali sehari untuk menambah kelembaban. “ Untuk proses selanjutnya potong ujungnya agar ruangan pembentukan jamur lebih lebar, potong ujung baglog sprayer dengan siraman berbentuk kabut, “ Jelasnya lagi.
Di  tahun 2014  awal mula budi daya jamur tiram di akui memang banyak kendala, mulai dari jamur membusuk hingga berulat, namun berkat keuletan dan ketelatenan dan belajar dari pengalamannya lama kelamaan tidak terjadi lagi jamur membusuk maupun berulat. “ Tiap  hari sebanyak tiga kali di sirami  lantainya biar kelembabanya bisa terjaga, “ Ungkap Wahyu Winarti.
Dengan harga jamur tiram putih yang di hargai Rp 10.000,- per kilo gram maka bisa mengatongi hingga Rp 150.000,- sampai Rp 300.000,- per hari. ”makanya kita berharap saat ini bisa 6000 buah bglog ke depan bisa dua kali lipat karena sudah persiapakan bangunan untuk penyimpanan,karena penghasilanya lumayan,”kata Wahyu Winarti.
Sementara itu, Kepala Desa Prambon Yudho Prasetyo S,Sos mengatakan untuk tidak takut dalam  berusaha, Dia mencontohkan seperti halnya  Wahyu Winarti ini, semangat dan motivasinya  untuk lebih kreatif dalam berwira usaha serta melihat peluang yang ada,karena di Desa Prambon bertani hanya panen dua kali tanam karena tanahnya merupakan tadah hujan.
Menurut Kepala Desa Prambon, selain budidaya jamur tiram putih milik  Umul dan Wahyu Winarti di Desanya juga ada banyak potensi diantaranya,Tusuk sate usaha milik Pak Anik, ayam petelur milik Bukori dan Ahmad Rosidi, Sirup asem usaha milik Setiasiah dan susu kambing etawa dari peternakan Tomo.
“ Dulu masyarakat Desa Prambon tidak mengira jamur tiram putih bisa menghasilkan uang, namun kini yang terjadi sebaliknya  bisa menghasilkan ladang bisnis yang prospeknya sangat menjanjikan,” Pungkasnya. (*)

Sambong Desa Prambon  Junaedi,saat di lokasi Jamur Tiram
Sumber Berita : Koran Jagad Pos