Desa Candimulya Alokasikan DD Untuk Pembangunan Infrastruktur

FORUM JURNALIS MADIUN, DOLOPO - Agar mobilitas warga lancar sehingga bisa mendongkrak perekonomian lokal, Desa Candimulya, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun menggunakan Dana Desa (DD) untuk pembangunan infrastruktur jalan yang sudah rusak.....

BUMDes Desa Tambakmas Berdayakan Masyarakat Melalui Unit Usaha Cor Beton

FORUM JURNALIS MADIUN, KEBONSARI - Desa Tambakmas, Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun merupakan desa yang menonjol dibidang pertanian dan holtikultura.......

Desa Mejayan Pembangunan Untuk Kesejahteraan Warga

FORUM JURNALIS MADIUN, MEJAYAN - Sebagai jantung Ibu Kota Kabupaten Madiun, desa Mejayan, Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun dalam melaksanakan pembangunan desa .....

BUDIDAYA BIBIT IKAN GURAMI DI DESA SIDOREJO KECAMATAN KEBONSARI KABUPATEN MADIUN

FORUM JURNALIS MADIUN, KEBONSARI - Ikan Gurami merupakan ikan asli Indonesia dan berasal dari perairan daerah Jawa Barat. Ikan ini merupakan salah satu komuditi perikanan air tawar yang cukup tinggi .....

PETANI CENGKEH DI DESA TILENG BUTUH CAMPUR TANGAN PEMKAB MADIUN

FORUM JURNALIS MADIUN, DAGANGAN - Tanaman cengkeh merupakan tanaman asli Indonesia, tanaman ini tumbuh subur di daerah pegunungan dan dataran rendah yang banyak curah hujannya .....

Tuesday 26 July 2016

Geliat Industri Tradisional Tempe Di Desa Plumpungrejo

WONOASRI - Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan yang menggunakan beberapa jenis kapang seperti kapang roti. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai “ Ragi Tempe “. Kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa komplek menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia. Tempe kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B, dan zat besi, berbagai macam kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotic untuk menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif.

Contoh “ Home Industry “ yang ada di Desa Plumpungrejo Kecamatan Wonoasri Kabupaten Madiun tersebut memproduksi tempe dan dimiliki oleh pengusaha yang bernama Ibu Supraptiningsih. Usaha yang dijalaninya turun temurun dari nenek moyang mereka menarik perhatian kami untuk menggali informasi dari pengusaha tersebut Supraptiningsih memilih usaha tempe ini karena berkat ketrampilannya dalam membuat tempe. Beliau diajarkan oleh ayah dan ibunya.

Bahan-bahan dibutuhkan untuk membuat tempe pada usaha yang dijalankan oleh pengusaha tersebut tidak terlalu banyak, seperti kacang kedelai, air dan ragi. Sementara alat-alat yang dibutuhkan cukup banyak yaitu kayu bakar, drum minyak untuk tempat merebus, daun pisang, ada juga kajang kerey untuk tempat tempe saat didiamkan, alat penyaring, alat penggiling dan tong plastic yang berukuran besar untuk mewadahi kacang kedelai. Bagi termasuk bahan-bahan yang diperlukan dan sangat penting sekali karena berguna untuk mengembangkan jamur. Sedangkan cara pembuatan tempe sangat sederhana tetapi membutuhkan waktu cukup panjang yaitu sekitar 3 hari. Waktu proses ini berlangsung dari sebelum sampai sesudah menjadi tempe yang siap untuk dipasarkan. Proses pembuatan tempe diawali dengan merebus kacang kedelai kurang lebih selama 2 jam setelah itu direndam selama 12 jam pada malam hari. Esok harinya kacang kedelai tersebut digiling lalu dicuci sampai bersih, kemudian diberi ragi, ditiriskan dan dilanjutkan dengan dibuat atau dicetak menjadi tempe. Setelah itu didiamkan selama 2 hari 2 malam dan keesokan paginya siap dijual.

Cara penjualan pengusaha tempe ini tergantung dari ukurannya. Misalnya tempe yang berukuran 3x5 cm seharga Rp.500,- dalam sehari kacang kedelai yang dibutuhkan usaha beliau yaitu 5 kg. untuk pembuatan tempe dan modal yang dikeluarkan dalam sehari membutuhkan uang sebesar Rp. 100.000,- untuk membeli bahan-bahan seperti kacang kedelai, ragi, dan daun pisang sedangkan keuntungan yang di dapat berkisar 50-100 ribu rupiah tergantung dari sepi dan tidaknya pemasaran.

Ibu pengusaha tempe ini memasarkan hasil produksinya kepasar tradisional yang ada didesa tersebut, diwarung-warung, serta dirumahnya sendiri.

Kepala Desa Plumpungrejo Kecamatan Wonoasri Kabupaten Madiun Bapak Agus Sriyono saat dikonfirmasi mengatakan “ Karena modal kecil dan pemasaran tempe juga sulit maka pengusaha-pengusaha tempe tradisional disini hanya bisa bertahan dilingkungannya sendiri makanya saya minta peran serta dinas terkait agar bisa membantu pengusaha-pengusaha tempe tersebut agar bisa berkembang keluar desa kami dan usaha turun-temurun dari nenek moyang tidak akan musnah”. Pungkasnya (*) 

Sumber Berita : Koran Metro Jatim

Tuesday 5 July 2016

Air Terjun Suksukan, Pesona Keindahan Alam Desa Tileng

DAGANGAN : Banyak yang belum tahu kalau di Desa Tileng, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun terdapat destinasi wisata lokal alami yaitu air terjun Suksukan. Air terjun dengan 2 tingkat yang total setinggi 30 meter ini yang berada diwilayah Dusun Gajahan, RT 7 RW 3, Desa Tileng ini sudah lama ditemukan, namun belum tergarap secara maksimal.
Dengan didampingi Kepala Desa Tileng dan beberapa perangkat, Wartawan SKN Investigasi New berkesempatan menjelajah dan menyusuri aliran sungai hingga sampai di titik terendah air terjun Suksukan tersebut.
Menurut Miratnu, Kepala Desa Tileng, air terjun Suksukan ini memang sudah lama ditemukan, namun belum diangkat karena lokasi air terjun tersebut jarang dilewati penduduk. “Kita usahakan agar akses jalan menuju air terjun ini dibangun dan ditata sehingga bisa menarik minat wisatawan,” ungkap Miratnu.
Sepanjang langkah menyusuri aliran sungai yang berair jernih dan bebatuan ini, mata Wartawan Investigasi dimanjakan hijaunya dedaunan dan gemerecik air sehingga membuat perasaan menjadi tentram serta lupa akan kepenatan rutinitas sehari-hari.
Diterangkan, air terjun Suksukan ini tercipta dari pertemuan dua aliran sungai yaitu aliran sungai Bata Putih yang berasal dari sumber mata air Desa Tileng dengan aliran sungai Jeram yang berasal dari Desa Ngebel (Ponorogo). “Pertemuan 2 aliran sungai besar ini bertemu dalam satu titik (tempuran) di air terjun Suksukan,” kata Miratnu sembari membersihkan kayu yang berada dibawah air terjun.
Pesona wisata inilah yang nantinya akan ditawarkan Pemerintah Desa Tileng agar masyarakat luas tahu bahwa di Desa Tileng mempunyai destinasi wisata alami yang bisa dijadikan referensi untuk wisata keluarga.
Selanjutnya Miratnu menjelaskan, Desa Tileng terdiri dari 3 dusun yaitu Dusun Krajan, Pokolimo dan Gondoroso yang rata-rata penduduknya menanam cengkih dan durian. Namun, kebiasaan penduduk setempat apabila panen mereka menjual sendiri-sendiri ataupun ada yang diambil pengepul dengan harga yang relatif murah. “Apabila nantinya akses ke air terjun Suksukan ini sudah dibuka, maka disekitar lokasi air terjun apabila panen durian akan kita tawarkan kepengunjung yang datang,” ujarnya.
Dibalik keindahan dan keasrian air terjun Suksukan ini terdapat legenda yang merupakan bentuk kearifan lokal desa setempat. Diceritakan secara turun temurun bahwa secara ghaib daerah air terjun Suksukan tersebut akan dijadikan telaga, namun sebelum telaga terbentuk, tiba-tiba terdengan suara lesung ditabuh oleh Mbok Rondo Dayakan (Segulung) sehingga pembuatan telaga dalam satu malam batal.
Yang pasti, keindahan air terjun Suksukan dipastikan bisa menambah referensi wisata yang ada di wilayah Kabupaten Madiun. “Silahkan datang dan buktikan keindahan air terjun Suksukan,” pungkas Miratnu. (*)
Sumber Berita : InvestigasiNews Madiun

Monday 4 July 2016

SKPD Berhak Tolak Wartawan Abal Abal Yang Datang Hanya Minta Minta Uang

Madiun Kota : Bagai jamur dimusim penghujan, itulah ungkapan yang tepat melihat fenomena kemunculan oknum Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Wartawan abal-abal yang sering bergentayangan masuk ke Satker dilingkup Pemerintah Kota Madiun dan Kabupaten Madiun.

Kemunculan oknum yang mengaku LSM dan Wartawan Tanpa Surat Kabar ini tentu saja meresahkan instansi terkait. "Iya mas, mereka biasa datang secara rombongan 2 sampai 4 orang untuk meminta uang bensin," ungkap salah satu Staff di SKPD Pemerintah Kota Madiun.
Menyikapi hal ini, Sarjono, Ketua Forum Jurnalis Madiun (FJM) meminta SKPD dilingkup Pemerintah Kota maupun Kabupaten untuk selalu waspada dan tidak asal percaya jika ada oknum yang mengaku Wartawan maupun LSM.
"Dimohon kepada Kepala Dinas maupun pejabat di institusi pemerintahan agar waspada dan tidak mudah percaya saat didatangi orang yang mengaku sebagai Wartawan yang ujung-ujngnya hanya minta duit atau THR menjelang lebaran," ungkap Sarjono pada SKN Investigasi, Senin (27/6/16).
Sarjono menegaskan, apabila oknum yang mengaku Wartawan maupun LSM tersebut tetap memaksa, maka pejabat yang bersangkutan bisa menolak dengan tegas. "Tolak saja apabila kedatangannya tidak ada kaitan dengan tugas-tugas kejurnalistikan," tegasnya.
Lebih jauh Sarjono melanjutkan, Wartawan yang tergabung dalam Forum Jurnalis Madiun merasa risih dan prihatin dengan kemunculan oknum-oknum tersebut karena apabila ada liputan diwilayah Kota dan Kabupaten mereka tidak pernah muncul namun menjelang hari raya Idul Fitri malah keluar seperti jamur dimusim penghujan. "Terus terang kita merasa risih dan prihatin dengan munculnya Wartawan abal-abal, apalagi keberadaannya tidak pernah dikenal oleh komunitas Wartawan yang bertugas di wilayah Madiun," pungkas Sarjono.
Hal senada juga disampaikan oleh Agung Marsudi, Sekretaris FJM. Pergerakan oknum Wartawan yang tidak jelas bentuk medianya ini sudah sangat meresahkan. Agung menuturkan disalah satu SKPD di Kabupaten Madiun  beberapa hari yang lalu sampai kewalahan melayani kedatangan Wartawan yang datang secara rombongan.
“Kemarin sewaktu saya di salah satu SKPD, Saya melihat dibuku tamu ada delapan nama yang antri bertemu dengan Kepala Dinas, disitu hanya disebutkan Pers Madiun, tidak jelas medianya apa,” ungkap Agung Marsudi.
Tentu saja hal ini menjadi pertanyaan di Dinas terkait karena mereka rata-rata tidak kenal dengan oknum Wartawan tersebut. “Saran saya, bila tidak jelas medianya apa tolak saja, karena ini bisa merusak citra Wartawan yang benar-benar melakukan liputan di wilayah Kota dan Kabupaten Madiun,” tegasnya. (*)

Ket. Foto : Ketua Forum Jurnalis Madiun (FJM), Sardjono
Sumber Berita : InvestigasiNews Madiun

Kripik Tempe Produk Unggulan Desa Bongsopotro

SARADAN -  Pemerintah Kabupaten Madiun telah menggali potensi desa – desa sekabupaten Madiun, baik mengenai potensi produk unggulan, pariwisata juga potensi desa. Dalam menggali potensi desa ini di topang lewat dana ADD/DD, agar desa tersebut bisa lebih baik maju dan sejahtera masyarakatnya.
Dengan adanya program menggali potensi desa dari pemerintah Kabupaten Madiun, desa Bongsopotro Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun berjuang dan berusaha untuk mewujudkannya. Terbukti warga masyarakat desa Bongsopotro ini telah banyak yang membuat macam – macam usaha home, industri, salah satunya produksi kripik tempe ini.
Produk kripik tempe milik Dwi Suwarno yang beralamat di Dusun 2 (dua) RT 08/ RW 02 Desa Bongsopotro Kecamatan Saradan, Kabupaten madiun ini telah berjalan 5 tahun lebih, hasil produksinya juga sudah terkenal di lingkungan dan sekitar desanya. Dalam pemasarannya kripik tempe Dwi Suwarno ini tidaklah sulit, karna rasanya yang enak, gurih dn renyah, jadi banyak pembeli yang berdatangan ketempatnya bahkan ada yang pesan buat acara hajatan atau buat dijual lagi dan buat kebutuhan sehari – hari, tenaga yang dibutuhkannya Cuma 3 – 5 orang saja, penghasilan bersih rata – rata perbulan sekitar 3 – 5 juta. Hasil produksi perhari 8 – 10 lonjor tempe, kurang lebih mulai jual 250.000 – 300.000 yang sudah jadi kripik tempe siap santap
Letak geografis desa Bongsopotro adalah batas sebelah timur : desa sidorejo, batas sebelah barat : desa sukorejo, batas sebelah utara : desa sumbersari, batas sebelah selatan : desa sukorejo, dan dusun Kaligunting, desa Bongsoputro dibagi atas 4 dusun, luas wilayah Bongsoputro 228.867 Ha, jumlah penduduknya : 2531 jiwa, terdiri dari laki – laki : 1247 jiwa, dan perempuan 1284 jiwa
Jumlah perangkat desa Bongsoputro ada 9 orang terdiri dari : Kepala Desa Suwarno, Staf umum : Subiyanto, Staf keuangan : Sri Wulida K, Staf pembangunan : Sutini, Kasun I : Hariyanto, Kasun II : Sasminto, Kasun III : Sugiarto, Modin Putut Sukarnanto, pelaksana teknis lapangan Musiran, dibantu ketua LKMD 11 orang, ketuanya Suparmin dan BPD 5 orang, Ketuanya Hariyono, semua ini saling bahu membahu dan bekerja sama, bergotong royong bersama masyarakat Desa agar bisa tercapai dan mewujudkan desa Bongsopotro lebih baik dan lebih sejahtera. (*).
Ket. Foto : Kades Bongsopotro Suwarno Bersama Perangkat Desa dan Warga Pengrajin Tempe Kripik
Sumber Berita : Suara Media Nasional

Nuansa Kegiatan Islami Mewarnai Desa Pacinan

BALEREJO - Desa Pacinan Kecamatan Balerejo Kabupaten Madiun adalah salah satu desa yang mengaplikasikan nilai – nilai religius / agama yang tinggi, terbukti dalam kesehariannya dan di hari – hari tertentu dalam setiap minggu dan setiap selapan hari telah mengadakan kegiatan keagamaan baik ditingkat RT, RW / Dusun maupun ditingkat desa, bahkan juga diadakan safari yasinan secara bersama – sama secara bergantian di tiap – tiap masing – masing kelompok itu.
Diantaranya kegiatan keagamaan desa Pacinan Kecamatan Balerejo Kabupaten Madiun ialah : kegiatan rutin Istigosah dilaksanakan rutin tiap malam jum’at dan bertempat dikantor desa Pacinan peserta warga desa Pacinan ini bertujuan untuk mengirim leluhur yang sudah meninggal agar supaya desa Pacinan aman dan hindar dari balak. Setelah acara Istigotsah ini diadakan sarasehan, bertujuan untuk menampung saran dan kritik warga desa Pacinan dan dilanjutkan musyawarah dalam menindak lanjuti saran dan kritik atau pun usulan – usulan warga desa Pacinan.
Dari ulama atau muslimin mengadakan safari keliling dari masjid / musholla yang ada di desa Pacinan untuk memberikan pencerahan agama pada warganya dinamakan Hibakiyah. Mengadakan yasinan setiap malam jum’at dimasing – masing kelompok secara bergantian (keliling)
Dengan adanya kegiatan keagamaan secara kental didesa Pacinan ini sangatlah berpengaruh baik bagi warga dan masyarakatnya, terutama kaum anak – anak dan pemudanya bisa berakhlakul karimah (sholeh/sholeha). Semua pelaksanaan ini dianggarkan melalui APBDes Desa Pecinan.
Letak geografis Desa Pecinan Kecamatan Balerejo Kabupaten Madiun adalah batas desa sebelah utara : Desa Simo, batas sebelah selatan : Desa Banaran, batas sebelah timur : Desa Simo dan Desa Kedungrejo, batas sebelah barat : Kabupaten Ngawi, luas wilayah desa Pecinan, tempat pemukiman 20 Ha. lahan sawah : 150.915 Ha, ladang/tegalan : 42.165 Ha. Jumlah penduduk desa Pecinan 1845 jiwa terdiri dari laki – laki : 915 jiwa dan perempuan 930 jiwa.
Adapun perangkat desa dan pelaku pemerintahan adalah kepala desa Suryanto Plt Sukdes : Suwarno, Kaur Pemerintahan Suwarno, Kaur Umum : Bibit, Kaur Keuangan: Suyatno, Plt Kasun I Suyatno, Kasun II Sunarto. Uceng : Suyatno, Modin : Nurkholis, Karyawan Desa : Musodikin, Tokoh masyarakat : Sarkam, Tokoh agama :  Samsu Arif dan Tokoh Pemuda : Joko Dwi Susanto. Semua perangkat desa dan tokoh masyarakat desa Pacinan ini saling membantu bekerjasama dan bergotong – royong demi memajukan desanya menjadikan makmur sejahtera rakyatnya (*).
Ket. Foto : Kades Pacinan Suyanto Bersama Babinsa, Babinkantipmas, Para Ulama, Tokoh Masyarakat  dan Masyarakat Pacinan Saat Melaksanakan Istigosah di Baledesa  Pacinan Kec. Balerejo Kab. Madiun.
Sumber Berita : Suara Media Nasional

Profil Desa Mojorayung Untuk Kesejahteraan Masyarakat

WUNGU -  Kondisi Desa Mojorayung Kecamatan Wungu Kabupaten madiun Jawa Timur pada umumnya sama dengan Desa-desa lainya yang ada di Kabupaten Madiun.Desa Mojorayung tetap berupaya ingin setara dengan Desa yang sudah maju dan ingin meningkatkan perkembangan Desa menjadi maju baik bidang ekonomi,bidang pendidikan,bidang kesehatan,bidang sosial budaya, bidang keamanan dan ketertiban.
Batas wilayah Desa Mojorayung antara lain sebelah utara Desa Nglanduk,sebelah selatan Desa bantengan,sebelah timur hutan dan sebelah barat Desa Tempursari.
Dengan jumlah penduduk laki-laki  2.892,perempuan 2.939 jadi total 5.831.Jumlah wilayah menurut pengunaanya ,luas pemukiman 108.00 Ha,luas persawahan 256.00 Ha,luas perkebunan 4.20 Ha,luas kuburan 1.36 Ha,luas taman 0.00 Ha,luas pekarangan 0.00 Ha,luas perkantoran 0.70 Ha,luas prasarana umum lainya 39.43 Ha,total luas 409.89 Ha.
Untuk tanah sawah irigasi teknis 64.00 Ha,sawah irigasi setengah teknis 176.00 Ha, sawah tadah hujan 14.00 Ha,sawah pasang surut 0.00 Ha,total luas 256.00 Ha.Sedangkan tanah kering ladang 0.00 Ha,pemukiman 106.00 Ha,perkarangan 0.00 Ha,total luas 162.00 Ha.
Kepala Desa  Mojorayung Tri Widodo mengatakan tugas pokok dan wajib setiap Desa harus mampu menyusun profil dengan penyampaian data sesuai pormulir penyusunan ,sebab profil  Desa adalah kunci penting suksesnya perncanaan pembangunan,”  arti penting propfil jika mampu mendapatkan data valit dan benar ini bagian menyusun perencanaan tingkat desa,sedangkan keadaan ekonomi Desa Mojorayung  pada saat ini ada peningkatan,oleh karena itu mencari jalan terobosan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat,”ungkap kades Tri Widodo (*).
Ket. Foto : Dari kiri: Agus Kusmulyadi Kasun,Kartina Tenaga bantu,Sri Kiki Lestari Staf pemerintahan,Liga Retno Setyorini Staf Keuangan,Budiono Sekdes,Tri Widodo Kepala Desa dan Bambang Maryono Tenaga Kurir.
Sumber Berita : Koran Jagad Pos

Air Bersih UpayaTingkatkan Kesejahteraan Masyarakat Desa Kedungrejo

PILANGKENCENG - Masyarakat Dusun Tengklik dan Dusun Jatos Desa Kedungrejo Kecamatan Pilangkenceng Kabupaten Madiun,  menyambut adanya program air  untuk kehidupan ,pembangunan program air bersih untuk kehidupan ini melibatkan gotong royong warga setempat, dalam rangka memenuhi kebutuhan terhadap air bersih sudah melakukan kegiatan penyediaan air bersih bagi keperluan mandi dan cuci.

Warga Desa Kedungrejo  Dusun Jatos mendapatkan bantuan pipanisasi untuk kebutuhan air bersih ,sedangkan masyarakat dusun Tengklik 8 Rt merasa sangat bersyukur  dengan adanya air bersih yang di kelola hippa Tirto makmur,masyarakat bertima kasih pada Pemerintah Desa Kedungrejo,karena menurutnya air bersih merupakan  sumber kebutuhan pokok yang setiap harinya sangat di butuhkan masyarakat.
Sementara Kepala Desa Kedungrejo Bambang Agus Suparman mengatakan program air bersih ternyata layak kosumsi dan mengajukan pipaniasi karena saat kemarau kekurangan air bersih di Dusun Jatos,akirnya di kerja bhaktikan  8 Rt setelah itu berjalan,membuat proposal ke DPU Pengairan  dan di kabulkan,pemasangan sistem meteran dari masyarakat bayar tunai keberatan,akirnya Pemerintah Desa memberi dana talangan Rp 10 juta ke ketua Hippa Tirto Makmur dan di salurkan  pemasangan ke warga bayar Rp 350.000,-di bayar 3 kali panen,”Alhamdulillah bisa mencukupi 35 pelangan dalam satu bulan  iuran pembayaran pelangan bisa kurang lebih menghasilkan Rp 1. 300.000,- dengan perincian untuk mebayar operator Rp 200.000,- pulsa listrik Rp 200.000,- dalam satu bulan belum maksimal bisa menghasilkan bersih kurang lebih Rp 900.000,- dengan 35 pelangan,sedangkan Dusun Jatos sistem swadaya air bersih tidak mengunakan meteran hanya membayar gotong royong  tandon saja,” jelas Bambang A.S.
Lebih lanjut Bambang A.S mengungkapkan selain agar lebih efisien,di harapkan  masyarakat bisa memiliki kesadaran dan rasa memiliki untuk memilihara fasilitas yang ada untuk jangka panjang,dengan adanya program air bersih untuk kehidupan ini akses masyarakat terhadap air bersih menjadi lebih baik sehingga kehidupan masyarakat bisa menjadi lebih produktif,” harapan ke Pemerintah Daerah  kabupaten Madiun bila mana ada program proyek pipanisasi mohon untuk di bantu karena baru 1 kilo meter,” ungkap Bambang A.S.
Masyarakat Dusun Tengklik dan Dusun Jatos Desa Kedungrejo Kecamatan Pilangkenceng Kabupaten Madiun merasa terbantu dengan adanya program air bersih untuk kehidupan.(*).
Ket. Foto : Kepala Desa Kedungrejo Bambang Agus Suparman
Sumber Berita : Koran Jagad Pos

KRUPUK BAWANG SUMBEREJO, DIKENAL RENYAH DAN GURIH

GEGER - Hampir di setiap warung yang di wilayah Kota/Kabupaten Madiun, Jawa Timur, menyediakan krupuk bawang matang. Pun demikian dengan yang masih mentah, juga mudah dibeli di toko-toko pracangan. Baik di desa maupun di kota.

Tapi banyak yang tidak tahu, jika krupuk yang dikonsumsi masyarakat di wilayah Kota/Kabupaten Madiun, merupakan 'Made In' beberapa warga Desa Sumberejo Kecamatan Geger Kabupaten Madiun. Sebuah desa yang terletak sekitar 11 kilometer arah selatan Kota Madiun.

Menurut salah salah satu pembuat krupuk bawang,  Mohammad Abror, home industri pembuatan krupuk bawang yang digelutinya, sudah berjalan sekitar 16 tahun. Mulanya hanya memproduksi beberapa kilo. Namun seiring dengan banyaknya permintaan pasar, kini usaha yang dirintisnya mulai nol, tiap bulan mampu memproduksi sekitar 20 kwintal krupuk bawang mentah.

"Ya lumayan sekarang. Satu bulan bisa membuat krupuk sekitar 20 kwintal mentah. Kalau pangsa pasarnya, baru Madiun dan sekitarnya. Kalau pembeli atau tengkulak, biasanya langsung datang kesini. Soalnya kalau disini, harga lebih murah. Kalau sudah nyampai pasar khan lain lagi harganya," kata Mohammad Abror, kepada wartawan, Kamis 23 Juni 2016.

Ketika disinggung berapa penghasilannya tiap bulan dari memproduksi krupuk bawang, ia menjawab dengan diplomatis.

"Ya lumayanlah, bisa untuk makan, untuk keluarga. Tidak banyak tapi cukup. Satu bulan bisa mendapatkan keuntungan antara 2-3 juta rupiah," pungkasnya.

Kepala Desa Sumberejo, Ahmad Zubaidi, mengatakan, potensi sebagai home industri pembuat krupuk bawang di desanya, cukup mendongkrak perekonomian warga. Pasalnya selain rasanya yang dikenal lezat dan gurih, krupuk Made In warga desanya bebas dari bahan pengawet.

"Karena itu, pemerintah desa selalu terus membina dan merespon positif home industri pembuatan krupuk bawang ini. Dan ini bisa menambah penghasilan warga diluar hasil pertanian," kata Kepala Desa Sumberejo, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun Ahmad Zubaidi, kepada wartawan, Kamis 23 Juni 2016. (*)

Sumber Berita : Radar Bangsa

DESA GEGER BISA MENJADI SENTRA KOMIDITI TELUH PUYUH

GEGER -  Hampir di setiap tempat keramaian yang ada di Kabupaten/Kota Madiung Jawa Timurg pasti ada yang menjual telur dadar puyuh ataupun rebus. Bahkan di Alon-Alon Kota Madiun, setiap malam, penjual dadar maupun telur puyuh rebus, menjadi 'jujugan' anak-anak maupun orang dewasa.

Selain aman dikosumsi, telur puyuh mempunyai protein dan vitamin yang tinggi. Terutama dalam kandungan telur yang berwarna kuning. Selain itu, cara memasaknya maupun penyajiannya, bebas dari bahan pengawet. Karena telur puyuh yang sudah didadar maupun direbus, biasanya langsung dikonsumsi.

Namun tak banyak masyarakat Kota/Kabupaten Madiun yang tahu, jika telur puyuh yang mereka makan, adalah hasil peternakan dari peternak burung puyuh di Desa/Kecamatan Geger Kabupaten Madiun. Sebuah desa yang berada sekitar 10 kilometer arah selatan Kota Madiun. Karena dari tiga dusun yang ada di Desa Geger yakni Dusun Mlaten, Tumpang dan Geger, hampir semua penduduknya mempunyai peternakan burung puyuh.

Menurut peternak burung puyuh asal Dusun Geger, Choiri, dari hasil ternak puyuh sebanyak 4000 ekor, tiap bulan ia bisa mengantongi keuntungan antara 3-4 juta. Sedangkan harga telur burung, tiap butir dibeli tengkulak seharga Rp.215.

"Kami tinggal merawat dan memberi makan saja. Kalau pemasarannya gampang. Karena satu minggu sekali ada tengkulak yang datang membeli. Kalau puyuh yang sudah tidak produktif, juga laku kami jual. Biasanya setelah satu tahun, kita ganti dengan yang baru," terang Choiri, kepada wartawan, Kamis 23 Juni 2016.

Kepala Desa Geger, Samsudin, mengatakan, pihak Pemerintah Desa selalu memberikan pendampingan terhadap warganya yang mempunyai peternakan burung puyuh. Ini dikarenakan, burung puyuh sangat rentan terhadap penyakit. Apalagi saat terjadi anomali cuaca. Karena burung puyuh dikenal sebagai jenis unggas yang sensitif.

"Kita selalu memberikan pendampingan agar peternak sukses. Kita juga berusaha mencarikan bantuan modal agar para peternak bisa lebih berkembang usahanya. Kalau rakyatnya makmur, pemerintah desa juga ikut senang," kata Kepala Desa/Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun, Samsudin, kepada wartawan, Kamis 23 Juni 2016.

Samsudin juga berharap, pada saatnya nanti, Desa Geger menjadi sentra komoditi telur puyuh di wilayah Madiun. "Kalau dikembangkan dalam hal produksi, apalagi kalau sudah mendapat bantuan modal, bukan tidak mungkin Desa Geger nantinya menjadi sentra komoditi telur di wilayah Madiun. Bukan hanya di Madiun bagian selatan saja," pungkasnya. (*)

Sumber Berita : Radar Bangsa

Desa Tanjungrejo Realisasikan Dana Desa Sesuai Kebutuhan Masyarakat

MADIUN -Terealisasinya  pengunaan Dana Desa (DD) dan Alokasi Dana Desa (ADD) pada tahun 2016 Desa Tanjungrejo Kecamatan Madiun kabupaten Madiun telah memberikan manfaat yang besar kepada masyarakat. 

Seperti halya realisainya  Dana Desa (DD) yang di gunakan untuk  infrastruktur jembatan,jalan rabat,drainase dan RTLH(rumah tidak layak huni) sedangkan Alokasi Dana Desa (ADD) untuk kegiatan  pemberdayaan dan Siltap Pemerintahan.
Kepala Desa Tanjungrejo,Gunawan ,SE mengungkapkan  pembangunan yang kami  laksanakan pada tahun 2016 itu adalah  menjadi prioritas di Desa Tanjungrejo yang telah di usulkan  masyarakat pada saat  musyawarah Desa (mudes).
Lebih lanjut Gunawan  menjelaskan terkait Dana Desa (DD) ini telah membantu seluruh masyarakat kami,”semua pekerjaan di libatkan masyarakat setempat,seperti Dusun Sendoro drainase sepanjang 100 meter kiri kanan,RTLH (rumah tidak layak huni) masing –masing di bantu Rp 5 juta di Dusun Sendoro dan Tanjungrejo,sedangkan Dusun Keras rabat jalan sepanjang 100 meter,jadi setiap Kasun  untuk drainase  di anggarkan Rp 50 juta,”ungkap Gunawan.
Masih dari Kepala desa Gunawan,sehingga selaku Pemerintah Desa  Tanjungrejo telah mengunakan anggaran ini sebaik-baiknya sesuai kebutuhan masyarakat di Desa Kami,karena dengan pembanguan semacam ini akan memberikan peningkatan perekonomian masyarakat ,”sejak dari pertama pelaksanaan pekerjaan pembanguan fisik yang di danai Dana Desa (DD) dan Alokasi Dana Desa (ADD) Desa Tanjungrejo bekerja sama Pemerintah desa  dengan tim pelaksanaan kegiatan (TPK) telah mengerjakan sesuai rencana anggaran biaya (RAB) yang ada,”tuturnya. (*) 
Ket. Foto : Kepala Desa Tanjungrejo Gunawan,SE  saat member uang tunai Rp 5 juta Mbah Saerah
Sumber Berita : Koran Jagad Pos
 

Suasana Haru Pelepasan Purna Bakti Kasun Desa Sidorejo

SARADAN -  Sesuai  Dengan mekanisme Pemerintah yang berjalan,yang di dalamnya di atur bahwa masa jabatan seorang Kepala Dusun(kasun) adalah di batasi dengan usia 60 tahun.
Suatu penghargaan  yang di lakukan Pemerintah Desa Sidorejo Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun ,kepada Kepala Dusun Jomblang Betek dan Kepala Dusun Gendong yang memasuki purna bakti pada hari senin taggal 13 juni 2016 di gedung balai Desa Sidorejo.
Acara di laksanakan secara sederhana dengan nuansa santai penuh keakraban di hadiri Kepala Desa,Plt Sekdes, seluruh perangkat Desa,Ketua BPD ,Ketua LPKMD dan Babinkamtimas,beberapa kepala Dusun purna bakti antara lain Kepala Dusun Jomblang Betek Suyatno dan Kepela Dusun Gendong Saeran.
Dalam sambutanya Kepala Desa Sidorejo Bono mengatakan mengucapkan terima kasih atas dharma bhaktinya selama menjadi Kepala Dusun Desa Sidorejo,meski secara kedinasan kita berpisah,namun jalinan silahturohmi tetap harus di jaga,” rasa hormatnya yang setinggi-tingginya  dari Kasun dan rasa kecintaanya bagi Kasun yang memasuki purna bhakti atas pengabdianya selama menjabat,kita pisah Cuma atministrasi tapi silahturohmi tetap terjaga ,”ungkapnya.
Di tempat terpisah Kepala Desa Sidorejo Bono menjelaskan program lain seperti program PKK yang di latih BLK selama 40 hari di ikuti 16 orang Ibu PKK untuk membuat tas,tempat tisu dan lain-lain berjalan baik .Masih menurut Bono  sedangkan program DD dan ADD  sudah mulai   pelaksanaan dana desa sudah mulai seperti Dusun mangir untuk rabat jalan, Dusun Gendong untuk pengaspalan 800 meter, Dusun nampu untuk rabat jalan.
Sementara Kepala Dusun Jomblang Betek  Suyatno melalui Istrinya  mengatakan  di sini mewakili bapakanya yang mana bapaknya menyayangi teman-temanya tidak bisa bicara apa-apa,meminta ma,af  seluruh rekan perangkat Desa dan Kades Sidorejo selama melaksanakan amanah yang di berikan,”walaupun perpisahan tapi tetap mencintai rekan-rekan,terima kasih atas perhatianya ,kami mohon ma,af yang sebesar-besarnya  atas kekurangan selama bertugas ,semoga kebaikanya dibalas Alloh atas bimbingan Kepala desa Bono dan PKK  bisa lancar,”ucapnya(*).
Ket. Foto : Kepala Desa sidorejo Bono saat memberi tali asih ke Kasun Jomblang Betek  Suyatno
Sumber Berita : Koran Jagad Pos

Warga Desa Batok Membangun Hutan Rakyat

KARE - Hutan mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia sangat bergantung sekali terhadap hutan karena manusia banyak mengambil manfaat dari dalam hutan, manfaat secara tidak langsung maupun langsung yang berguna untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, kayu merupakan salah satu contoh hasil hutan yang dapat diambil manfaatnya secara langsung, sedangkan udara dan air bersih merupakan manfaat tidak langsung yang diambil dari dalam hutan.

Seiring berjalannya waktu pertumbuhan penduduk yang meningkat mengakibatkan kebutuhan hidup meningkat pula sehingga pertumbuhan penduduk dengan kemampuan hutan dalam memenuhi kebutuhan hidup tidak seimbang. Pertumbuhan penduduk yang meningkat mengakibatkan kerusakan dan menurunnya produktifitas sumber daya hutan.
Pembangunan Hutan Rakyat merupakan salah satu alternative pemecahan masalah meningkatnya kebutuhan manusia terhadap sumber daya hutan, selain itu juga ditujukan untuk peningkatan kwalitas lingkungan hidup yaitu peningkatan fungsi hutan seperti penahan erosi dan penyedia sumber air. Hutan rakyat adalah hutan yang tidak berada di atas lahan yang di kuasai oleh pemerintah, setiap daerah memiliki karakteristik tersendiri dalam pengolahan Hutan Rakyat.
Contoh Hutan Rakyat yang ada di desa Batok Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun. Hutan Rakyat ini di rintis sekitar tahun 2003 – an oleh Kelompok Tani Hutan Rakyat ( KTHR ) “ Sari Tani “. Karena pada waktu itu kondisi tanah desa Batok berbatu dan banyak sekali alang – alangnya.Dengan kondisi tersebut sangat mempengaruhi kondisi alam yang menyusahkan hidup masyarakat setempat. Kondisi yang menyusahkan penduduk antara lain : kesulitan untuk mendapatkan air bersih, udara yang panas, banjir dan tanah longsor pada musim penghujan.
Gerakan penghijauan Kelompok Tani Hutan Rakyat ( KTHR )” Sari Tani “ diawali dengan menanam jenis pohon jati yang berada di tanah perbatuan. Bibit jati sendiri diperoleh dari Dinas Kehutanan dan dari masyarakat setempat. Meskipun banyak halangan dan rintangan yang dialami Kelompok Tani Hutan Rakyat ini akhirnya banyak masyarakat yang mengikuti dengan kesadarannya  sendiri menanam pohon jati dan sengon di sekitar pekarangan masing – masing.
Sejalan dengan perkembangan zaman akhirnya masyarakat Desa Batok bisa menikmati manfaat dari Hutan Rakyat karena juga terdapat beberapa jenis pohon lainnya. Hutan Rakyat di desa Batok telah memadukan tanaman kayu keras, buah – buahan dan dengan tanaman semusim jenis tanaman kayu keras yang ditanam adalah : jati, sengon, dan jabon sedangkan jenis tanaman buah – buahan adalah mangga, rambutan , durian dan pisang.
Dengan komposisi seperti ini Hutan Rakyat di Desa Batok bukan merupakan sebuah pemandangan yang monoton tetapi sebaliknya menyajikan pemandangan yang dinamis dan kompleks. Hutan Rakyat di Desa Batok yang luasnya ± 200 HA telah menciptakan hamparan hutan yang terdiri dari berbagai jenis kayu keras, buah – buahan serta agroforestry juga telah menciptakan strata tajuk yang bervariasi sesuai karakteristik tanamannya. Sebab setiap tanaman memiliki karakteristik dan strata yang berbeda. Dengan demikian Hutan Rakyat dengan model ini akan menyimpan keanekaragaman hayati yang tinggi mempertahankan kesuburan tanah dan Hutan Rakyat di Desa Batok perlu dicontoh oleh Desa – desa lain yang berada di daerah pegunungan. (*).
Ket. Foto : Kepala Desa Batok, Suwardi, Bersama Masyarakat Di Lokasi Hutan Rakyat Desa Batok, Kecamatan Gemarang, Kabupaten Madiun
Sumber Berita : Koran Metro Jatim

Tanaman Padi Jadi Produk Unggulan Desa Pule Sawahan

SAWAHAN -  Padi adalah merupakan sebagian besar makanan pokok penduduk Indonesia, maka pemerintah Indonesia telah mencanangkan tahun 2018 Indonesia harus swasembada pangan lagi atau swa sembada beras dalam hal ini, seluruh desa atau kelurahan untuk dianjurkan tanam tanaman padi agar bisa terwujudnya tujuan pemerintah di tahun 2018 bisa swasembada pangan.
Dengan adanya pencangan dari pemerintah di tahun 2018 harus swasambada pangan khususnya beras, maka Desa Pule Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun Kepala Desanya Anton Setyoko, sekretaris desa Dian Risais, SU : Umum : Ismadi, SU Pemerintahan : Sri Prihantoro, SU Keuangan : Agung Sudarmaji, SU : Pembangunan : Winardi, Kasun : Rohmad Andayani, Ketua BPD Suyadi, Ketua LPKMD : Eko Setiawan, Ketua PKK : Sri Harini Setiyoko, Ketua Karang Taruna : Agus Tri Setiawan, Ketua Gapoktan : Winardi. Semua pengurus dan masyrakat desa Pule saling bahu membahu, saling bergotong royong dan bekerjasama untuk membangun desanya agar lebih baik dan sejahtera.
Anton Setyoko selaku Kepala Desa Pule telah menyampaikan, tanaman padi menjadi produk unggulan desanya. Hasil panen tanaman padinya sangat bagus, kwalitas gabat dan berasnya juga bagus dalam hal ini bisa menunjang kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat desa Pule.
Desa Pule Kecamatan Sawahan Kabuapten Madiun, merupakan salah satu desa yang kecil dengan luas wilayahnya 76,8 Ha, jumlah penduduknya 733 jiwa terdiri dari : laki-laki = 364 jiwa dan perempuan = 369 jiwa. Batas wilayah desa Pule, batas sebelah utara : Desa Waruk Kalong Kabupaten Ngawi, batas sebelah timur : Desa Klumpit Kabupaten Madiun, batas sebelah utara : Desa Cabean Kabupaten Madiun dan batas sebelah barat : Desa Sukowidi Kabupaten Magetan.
Penduduk Desa Pule mata pencahariannya di dominasi petani, luas lahan pertaniannya juga cukup luas dibanding tempat pemukimannya dan sangat baik dan cocok buat lahan tanaman padi, tanah yang subur, pengairan yang cukup, kondisi geografisnya juga mendukung untuk tanam tanaman padi, jadi produk unggulan Desa Pule adalah Tanaman Padi.
Desa Pule juga sering mendapatkan penghargaan terutama dalam pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) selalu tepat waktu dan lunas sebelum jatuh tempo, ini menunjukkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat Desa Pule. Sudah bisa dirasakan terutama dari hasil pertanian khususnya tanaman padi.
Walaupun untuk saat ini lahan prtanian Desa Pule berkurang karena terdampak pembuatan Jalan Tol Kertosono Solo, jadi otomatis hasil produksi pertanian Desa Pule  berkurang, kurang lebih sekitar 10% dari lahan pertanian yang ada, tapi masyarakatnya tetap antusias untuk bercocok tanam padi (*).
Ket. Foto : Masyarakat Desa Pule Panen Raya Padi Didampingi oleh Ketua Gapoktan Winardi dan Perangkat Desa Pule Kec. Sawahan Kab. Madiun
Sumber Berita : Suara Media Nasioanal

Industri Tradisional Tempe Tingkatkan Penghasilan Warga Desa Plumpungrejo

WONOASRI - Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan yang menggunakan beberapa jenis kapang seperti kapang roti. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai “ Ragi Tempe “. Kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa komplek menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia. Tempe kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B, dan zat besi, berbagai macam kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotic untuk menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif.
Contoh “ Home Industry “ yang ada di Desa Plumpungrejo Kecamatan Wonoasri Kabupaten Madiun tersebut memproduksi tempe dan dimiliki oleh pengusaha yang bernama Ibu Supraptiningsih. Usaha yang dijalaninya turun temurun dari nenek moyang mereka   menarik perhatian kami untuk menggali informasi dari pengusaha tersebut Supraptiningsih memilih usaha tempe ini karena berkat ketrampilannya dalam membuat tempe. Beliau diajarkan oleh ayah dan ibunya.
Bahan-bahan dibutuhkan untuk membuat tempe pada usaha yang dijalankan oleh pengusaha tersebut tidak terlalu banyak, seperti kacang kedelai, air dan ragi. Sementara alat-alat yang dibutuhkan cukup banyak yaitu kayu bakar, drum minyak untuk tempat merebus, daun pisang, ada juga kajang kerey untuk tempat tempe saat didiamkan, alat penyaring, alat penggiling dan tong plastic yang berukuran besar untuk mewadahi kacang kedelai. Bagi termasuk bahan-bahan yang diperlukan dan sangat penting sekali karena berguna untuk mengembangkan jamur. Sedangkan cara pembuatan tempe sangat sederhana tetapi membutuhkan waktu cukup panjang yaitu sekitar 3 hari. Waktu proses ini berlangsung dari sebelum sampai sesudah menjadi tempe yang siap untuk dipasarkan. Proses pembuatan tempe diawali dengan merebus kacang kedelai kurang lebih selama 2 jam setelah itu direndam selama 12 jam pada malam hari. Esok harinya kacang kedelai tersebut digiling lalu dicuci sampai bersih, kemudian diberi ragi, ditiriskan dan dilanjutkan dengan dibuat atau dicetak menjadi tempe. Setelah itu didiamkan selama 2 hari 2 malam dan keesokan paginya siap dijual.
Cara penjualan pengusaha tempe ini tergantung dari ukurannya. Misalnya tempe yang berukuran 3x5 cm seharga Rp.500,- dalam sehari kacang kedelai yang dibutuhkan usaha beliau yaitu 5 kg. untuk pembuatan tempe dan modal yang dikeluarkan dalam sehari membutuhkan uang sebesar Rp. 100.000,- untuk membeli bahan-bahan seperti kacang kedelai, ragi, dan daun pisang sedangkan keuntungan yang di dapat berkisar 50-100 ribu rupiah tergantung dari sepi dan tidaknya pemasaran.
Ibu pengusaha tempe ini memasarkan hasil produksinya kepasar tradisional yang ada didesa tersebut, diwarung-warung, serta dirumahnya sendiri.
Kepala Desa Plumpungrejo Kecamatan Wonoasri Kabupaten Madiun Bapak Agus Sriyono saat dikonfirmasi mengatakan “ Karena modal kecil dan pemasaran tempe juga sulit maka pengusaha-pengusaha tempe tradisional disini hanya bisa bertahan dilingkungannya sendiri makanya saya minta peran serta dinas terkait agar bisa membantu pengusaha-pengusaha tempe tersebut agar bisa berkembang keluar desa kami dan usaha turun-temurun dari nenek moyang tidak akan musnah”. ( *).
Ket. Foto : Gbr. 1 - Ibu Suprartiningsih Pengusaha Tempe Tradisional, Gbr. 2 - Kepala Desa Plumpungrejo Kec. Wonoasri Kab. Madiun, AGUS SRIYONO
Sumber Berita : Koran Metro Jatim

Lezatnya Kue Semprong Imel Sari Produksi Desa Sendangrejo

MADIUN - Sendangrejo adalah salah satu Desa yang berada di Kecamatan Madiun, memiliki potensi unggulan yaitu Produksi Kue Semprong yang mempunyai cita rasa sendiri. Pemilik Usaha Kue Semprong tersebut adalah Kepala Desa Sendangrejo Imam.
Menurut Kades Imam, usaha Kue Semprong ini dirintis sejak lama semasa masih belum jadi Kepala Desa dan berdiri secara resmi serta mendapat pengakuan dari BPOM Provinsi Jawa Timur Tahun 2007 berlabel “Imel Sari”.
Dimana hasil produksi kue semprong desa Sendangrejo ini sudah ke mana-mana baik di Supermarket Kota Madiun maupun di luar Madiun seperti Magetan, Kediri, Tulungagung bahkan di kota-kota besar seperti Surabaya dan Jakarta sudah masuk.
Untuk pembuatan kue semprong yang bahan bakunya tidak ada bahan pengawet ini terdiri dari, tepung tapioka, gula merah/gula jawa, kelapa dan bisa bertahan lama sampai 8 bulan, tidak berjamur kalau kemasannya tertutup rapi rasanya gurih dan renyah. Kue semprong buatan Kades Sendangrejo ini sudah tidak asing bagi warga Pemkab Madiun maupun kota, karena setiap ada event atau kegiatan di Kabupaten Madiun Kue Semprong produksi desa Sendangrejo ini selalu diundang apalagi setiap BST, pihak Diskoperindagpar selalu mengundang Produk Kue Semprong “Imel Sari”.
Kades Sendangrejo menambahkan, kalau cabang-cabang Kue Semprong yang ada di Kota Kediri, Tulungagung dan Jakarta masih saudara, jadi masih menggunakan lebel dan cita rasa yang sama dengan Kue Semprong yang ada di Kabupaten Madiun yaitu Desa Sendangrejo, begitu paparnya. (*)
Ket. Foto : Kades Sendangrejo Imam pemilik usaha Kue Semprong merapikan Kue Semprong yang sudah dipacking, kesibukan di dapur proses pembuatan kue.
Sumber Berita : Tabloid Awas

RASA KHAS LEMPENG BACEM YANG MENGGODA LIDAH

KEBONSARI -  Sekitar 15 kilometer arah selatan Kota Madiun, Jawa Timur, ada sebuah desa bernama, Bacem. Secara administratif, Desa Bacem yang terbagi dalam tiga dusun, yakni Bacem 1, Bacem II dan Bacem III, masuk wilayah Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun.

Namun siapa sangka, di Desa yang hanya mempunyai tiga dusun ini, menjadi salah satu sentra pembuatan krupuk dari beras yang lebih dikenal dengan nama krupuk Lempeng, di wilayah Kabupaten Madiun.

Menurut Kepala Desa Bacem, Muslikh, krupuk Lempeng 'made in' Desa Bacem, mempunyai ciri khas tersendiri dibanding krupuk Lempeng hasil produksi dari daerah lain. Yakni bentuknya yang lebar dan tebal. Sedangkan disisi rasa, ada rasa khas dibanding krupuk Lempeng dari daerah lain.

"Ini karena krupuk Lempeng dari Bacem, terbuat dari beras dengan kwalitas tinggi. Karena itu, ada rasa khas dibanding dari daerah lain. Pokoknya rasanya menggoda lidah. Renyah, gurih dan bumbunya terasa," kata Kepala Desa Bacem, Muslikh, kepada wartawan.

Apa yang dikatakan oleh Muslikh, ternyata bukan isapan jempol belaka. Terbukti, di pasar Kebonsari dan Pagotan Kecamatan Geger Kabupaten Madiun, hampir semua penjual pracangan, menyediakan krupuk Lempeng produksi warga Desa Bacem.

"Kalau yang ini (tebal dan lebar), Lempeng dari Bacem, Mas. Ini yang banyak dibeli orang. Memang rasanya enak," kata salah satu pedagang pracangan di pasar Kebonsari, Tuminah, kepada wartawan.

Salah satu pembuat krupuk Lempeng, Roni Rosady, mengatakan, untuk saat ini home industry-nya mampu menghasilkan kerupuk Lempeng sekitar 35 kilogram/hari. Sedangkan pangsa pasarnya, selain di wilayah Madiun, juga dipasarkan ke Magetan, Ponorogo (Jawa Timur) hingga Wonigiri, Jawa Tengah.

"Saya meneruskan usaha orang tua sejak 15 tahun yang lalu. Kalau keuntungannya, setelah dipotong gaji karyawan, saya bisa mengantongi bersih antara 3-4 juta tiap bulan," terang Roni Rosadi, kepada wartawan. (*)

Sumber Berita : Radar Bangsa

SANGKAR BURUNG 'MADE IN' WONOASRI BISA DONGKRAK PENDAPATAN

WONOASRI - Para penggemar burung berkicau di wilayah Madiun dan sekitarnya, tidak banyak yang tahu jika sangkar burung yang mereka miliki untuk memelihara burung kicauannya, merupakan 'Made In' Marlan (30) warga Desa/Kecamatan Wonoasri, Kabupaten Madiun, Jawa Timur.

Di pasar-pasar burung sekitar Madiun, diantaranya pasar Sri Jaya (Joyo) Kota Madiun dan pasar burung Caruban, Kabupaten Madiun, sangkar burung buatan Marlan, dikenal halus dan rapi meski terbuat dari bambu.

Menurut Marlan, meski dibuat secara manual, dalam satu bulan dirinya mampu memproduksi antara 20-30 sangkar dengan harga sekitar Rp.70 ribu/buah. Harga ini sudah tergolong murah. Mengingat selain masalah tingkat kerumitannya, semua terbuat dari bambu pilihan dengan kwalitas tinggi.

"Kalau pangsa pasarnya, ya Madiun dan sekitarnya," kata Marlan, yang juga warga Dukuh Pucung, kepada wartawan, sambil mengurat bambu untuk bahan sangkar burung.

Sementara itu, Kepala Desa Wonoasri melalui Sekdes, Suwarno, mengatakan, pemerintah desa akan mengusahakan bantuan modal bagi Marlan yang mempunyai ketrampilan khusus ini. Dengan harapan bisa menambah penghasilan.

"Ketrampilan seperti ini (membuat sangkar burung), bisa untuk menambah penghasilan. Lumayan hasilnya kalau ditekuni. Karena itu, pemerintah desa akan mengusahakan bantuan untuk menambah modal", kata Sekdes Wonoasri, Suwarno, kepada wartawan.

Memang, lanjutnya, Desa Wonoasri merupakan desa agraris dan mayoritas penduduknya adalah petani. Namun jika banyak warga yang mau belajar membuat sangkar burung seperti halnya Marlan, bisa untuk menambah income bagi warga diluar penghasilannya sebagai petani.

"Dan tidak mustahil, di kemudian hari Desa Wonoasri menjadi sentranya kerajinan dalam pembuatan sangkar burung kicauan. Semua itu tingggal niat, kemauan dan usaha," pungkas Suwarno. (*)

Sumber Berita : Radar Bangsa

Aneka Jenis Bibit tanaman Jadi Unggulan Desa Kepet


DAGANGAN - Pemerintah Pusat maupun Daerah telah mencanangkan desa wisata, desa unggulan dan desa mandiri, dari beberapa pencanangan ini, di desa-desa seluruh Indonesia telah berlomba-lomba untuk menjadikannya desanya berkembang lebih baik dan lebih baik lagi, agar bisa menjadi desa unggulan atau desa wisata atau desa mandiri atau ketiga-tiganya dapat diraihnya.
Untuk Desa Kepet Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun, yang luas wilayahnya 181.205 Ha terdiri dari 11 RT dan 3 RW atau 3 Dusun, diantaranya Dusun Kepet, Dusun Purwojati dan Dusun Kajang. Jumlah penduduknya = 2.205 terdiri dari laki-laki = 1.079 orang dan perempuan 1.126 orang. Adapun batas wilayah Desa Kepet = sebelah timur Desa Joho Kecamatan Dagangan, Sebelah Barat Desa Purworejo Kecamtan Geger, sebelah utara  Desa Dagangan Kecamatan Dagangan dan sebelah selatan Desa Sareng Kecamatan Geger.
Menurut Nurul Hidayati Kepala Desa Kepet Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun, bahwa Desa Kepet ini termasuk desa yang kecil, baik luas wilayah dan jumlah penduduknya relatif kecil, akan tetapi Desa Kepet ini punya potensi untuk buat lahan persawahan, lahan tanaman juga buat berbagai macam kegiatan warganya untuk menjadikan Desa Kepet bisa lebih baik dan maju.
Nurul Hidayati selaku Kepala Desa Kepet di bantu beberapa staf atau perangkatnya diantaranya : Sekretaris Desa Sigit Murasyid Ali Muna, Staf Pemerintahan Maya Nurita, Staf Umum Umi Salamah, Staf Keuangan Ria Kurnia Sakti, Modin Mansyur Solikin, Bayan = Androri dan Rubangi, Jogboyo Heri Irawan, Ketua LPMD Sunyoto, S.Pd dan Ketua BPD Nanang M. Irhamni, SP, serta dua Kasun, Kasun Purwojati Bosyirul Fuat, S.PdI dan Kasun Kayang Supriyadi.
Nurul Hidayati Kades Kepet telah menjelaskan beberapa hari yang lalu tentang produk unggulan desanya diantaranya pembenihan atau pembibitan tanaman keras maupun tanaman lunak, adapun pemiliki lahan pembenihan dan pembibitan tanaman di desa Kepet ada beberapa orang dan dibantu beberapa warga desanya untuk mengelola pembibitan tanaman tersebut.
Untuk kali ini Nurul Hidayati Kades Kepet telah menunjukkan lokasinya Dardiri sebagai produk unggulan Desa Kepet, lokasi dan luas lahannya di Dusun Purwojati RT. 7 RW 2 luas lahannya pembenihan dan pembibitan tanaman 1400 m2, tempat pembenihan dan pembibitan ini sudah sejak tahun 1999 sampai sekarang 2016 ini masih berjalan dengan baik adapun tanaman yang ditanam dalam pembibitan dan pembenihan ini diantaranya tanaman mahoni, tanaman jati, tanaman sengon, tanaman tomat, tanaman terong dan tanaman jahe merah, tegaga kerjanya ada 35 orang, semua tenaga kerja ini dari Desa Kepet juga. Adapun pemasaranya dari jenis tanaman itu berbeda-beda. Lamanya untuk tanaman kera seperti Mahoni, Jati dan Sengon, tanaman lunak : tomat, terong, dan jahie merah bila sudah mencapai usia ± 1 bulan menurut Dardiri selaku pemilik laha ini rata-rata nilai bersih yang diterimanya setiap bula adalah 1 – 2 juta, ini bisa sebagai tambahan nilai ekonomi mereka.
Bibit tanaman Dardiri ini sering kali dari Dinas/Kantor Pemerintahan untuk memesan bibit tanaman tersebut, jumlah pesanan tanaman terkadang sampai jutaan bibit dari beberapa jenis tanaman, dan lahan pembenihan dan pembibitan Dardiri ini sudah banyak yang tau dan terkenal di kalangan Dinas/Pemerintahan, karena kualitas tanamannya yang baik bila ditanam kembali. Jadi pembenihan/pembibitan lahan Dardiri di Desa Kepet ini juga merupakan produk unggulan Desa Kepet Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun “Jelas Hidayati Kades Kepet” (*).
Ket. Foto : Kades Kepet Nurul Hidayati Bersama Dardiri Pemilik Lahan Aneka Bibit Unggulan
Sumber Berita : Suara Media Nasional