DAGANGAN - Letak Desa Ngranget Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun yang berada di kawasan
lereng gunung wilis memiliki potensi ekonomi yang sangat tinggi khususnya dari
sektor perkebunan dan peternakan. Namun, beberapa kendala diantaranya
keterbatasan sumber daya manusia dan permodalan sehingga menyebabkan penggalian
potensi belum dapat ditingkatkan secara maksimal.
Desa Ngranget memiliki luas wilayah 446 ha, 46 ha merupakan kawasan pertanian, selebihnya adalah kawasan pemukiman dan perkebunan. Potensi perkebunannya yang mempunyai nilai tinggi di harapkan mampu mencukupi bahkan meningkatkan taraf ekonomi desa yang berpenduduk hampir 2528 jiwa yang tersebar di 3 (tiga) dusun yakni Kepuh, Nganggrik dan Ngonto. Adapun potensi ekonomi desa Ngranget antara lain pertanian ( komoditas padi ), perkebunan ( Cengkeh, Kakao/Coklat, Porang ) dan Peternakan ( Kambing ).
Desa Ngranget memiliki luas wilayah 446 ha, 46 ha merupakan kawasan pertanian, selebihnya adalah kawasan pemukiman dan perkebunan. Potensi perkebunannya yang mempunyai nilai tinggi di harapkan mampu mencukupi bahkan meningkatkan taraf ekonomi desa yang berpenduduk hampir 2528 jiwa yang tersebar di 3 (tiga) dusun yakni Kepuh, Nganggrik dan Ngonto. Adapun potensi ekonomi desa Ngranget antara lain pertanian ( komoditas padi ), perkebunan ( Cengkeh, Kakao/Coklat, Porang ) dan Peternakan ( Kambing ).
Kepala Desa Ngranget,
Sigit Suyono mengatakan bahwa sebenarnya Ngranget memiliki kemampunan ekonomi
yang baik khususnya dari perkebunan dan peternakan. Masyarakat desa Ngranget
tergolong ekonominya mapan namun dari
sisi pengelolaan masih sangat tradisional sehingga belum bisa dikatakan kaya.
Potensi perkebunannya seperti,
tanaman cengkeh saat ini berkisar antara 40.000 hingga 50.000 pohon. Untuk usia
5-10 tahun perpohon per tahun bisa menghasilkan 5 – 10 kg cengkeh. Sedangkan
usia 10 tahun keatas bisa mencapai 30 kg per tahun. Adapun harga cengkeh basah
Rp.35.000/kg, kering Rp.120.000/kg. Sedangkan dari perkebunan Kakao (coklat),
ada sekitar 100.000 pohon, 75 % sudah bisa dipanen. Setiap minggu bisa
menghasilkan 5 – 7 kg kering per pohon. Sedangkan harga jual kakao dengan
proses fermentasi bisa mencapai Rp.35.000/kg. Kalau prosesnya asal-asalan atau
biasa hanya Rp.25.000/kg kering. analisa usaha, “ Kalau di
analisa, usaha tersebut sudah mampu
mendongrak perekonomian desa “. terang Kades Sigit
Khususnya tanaman
Kakao, lanjut Kades yang baru menjabat 6 bulan ini menambahkan lebih
menjanjikan. Karena Kakao/coklat prospek
kedepannya sangat baik dibanding cengkeh yang sementara waktu hanya sebagai
bahan baku rokok dan kesehatan. Belum lagi kalau pemerintah mengurangi kuota
rokok maka kebutuhan cengkeh akan berkurang Demikian pula untuk tanaman Porang
(iles-iles) juga baik prospek dan manfaatnya, tanaman yang tidak membutuhkan
lahan khusus yakni bisa di tanam di bawah tegakan tanaman keras. Selain buahnya dapat dijadikan bahan baku pangan
olahan kue tradisional ( agar-agar,mi,tahu), bahan baku kosmetik dan lem juga
sudah mulai menjadi komoditas ekspor.
“Porang bisa dikatakan
sebagai tanaman sampingan, kalau dikelola dengan baik hasilnya sangat
menjanjikan “ lanjutnya
Potensi lain yang tak
kalah pentingnya yaitu peternakan kambing. Dikatakan, ada 500 KK yang mempunyai
ternak kambing antara 3-5 ekor per KK. Diakui, kendala yang paling signifikan
adalah ketika musim kemarau. Keberadaan makanan ternak sangat sulit. Adapun
bisa akan berpengaruh pada lingkungan. Kalau tidak ada alternative makanan maka
peternakan kambing akan menurun. Untuk mengantisipasi hal tersebut, pihaknya
membuat terobosan dengan memanfaatkan bahan-bahan limbah perkebunan dan
pertanian untuk makanan ternak.
“ Kedepan akan kita
rintis dengan menggunakan bahan makanan yang diproses secara fermentasi “
Hal senada juga
disampaikan oleh Kepala Dusun Nganggrik, Pudjud bahwa potensi desanya apabila
dikelola secara baik dan terpadu akan menambah pendapatan masyarakatnya. Selama
ini masih memakai sistem tradisional bahkan sistem ijon (panjar). Artinya uang
diberikan dahulu sedangkan barang kalau sudah dipanen. Padahal yang banyak
menghasilkan uang adalah paska panen. Sementara kelompok tani yang berada di
desa Ngranget belum mampu mengelola secara professional karena terkendala
permodalan.
“ Sebenarnya sangat
potensi bagi kelompok apabila permodalannya cukup “ tukas Pudjud yang sekaligus
sebagai Ketua Gapoktan Desa Ngranget.
Kedepan, jajaran
Pemerintahan Desa Ngranget akan mencari terobosan untuk meningkatkan potensi
desanya. Bahkan akan membuka
seluas-luasnya kepada pihak-pihak yang ingin bekerja sama (investor) dalam
pengembangan usahanya. (*)
Ket. Foto : Kepala Desa Ngranget, Sigit Suyono diapit dua perangkatnya
Ket. Foto : Kepala Desa Ngranget, Sigit Suyono diapit dua perangkatnya
Sumber Berita : Realita Masyarakat
0 komentar:
Post a Comment